Jakarta (Pinmas)—Dalam kegiatan penganugerahan Indonesia Open Source Award (IOSA) 2012 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan informatika, Kementerian Agama memperoleh penghargaan khusus HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), yang diserahkan langsung Menkominfo Tifatul Sembiring, di Jakarta, Rabu (4/7).
Menurut Menkominfo Tifatul Sembiring, IOSA 2012 dilaksanakan untuk meningkatkan pemanfaatan dan implementasi free and open source software (FOSS) di lingkungan pemerintahan dan lembaga pendidikan. “ Event ini diharapkan dapat mendorong peningkatan pemanfaatan open source software di lingkungan instansi pemerintah pusat dan daerah,” ujarnya.
Tifatul menilai, penggunaan peranti lunak dalam teknologi informasi dan komunikasi itu sangat besar biayanya, bisa sampai puluhan ribu dollar bahkan triliunan rupiah. Kalau kita bisa buat sendiri, itu akan sangat menghemat devisa negara. “Saya akui belanja modal kita masih di atas 90 persen dialokasikan pada produk-produk asing khususnya peranti lunak,” ujar Tifatul.
Tifatul menambahkan, IOSA ini adalah salah satu bentuk penghargaan pemerintah terhadap individu dan masyarakat Indonesia yang berhasil menciptakan peranti lunak untuk berbasis open source dan peranti lunak lokal.
“Ini juga solusi buat kita untuk mengurangi angka pembajakan dan penggunaan peranti lunak ilegal karena pemecahannya sekarang adalah kita beli dari dari asing atau kita ciptakan peranti lunak kreasi sendiri,” tutur Tifatul.
Kampanye penggunaan peranti lunak dari sumber terbuka yang bertajuk “Indonesia, Go Open Source” dimulai pada tahun 2004 setelah lahirnya Undang-Undang no 19 Tahun 2002 Tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual.
IOSA Awards yang diselenggarakan sejak 2010 ini bertujuan memberikan penghargaan dan memotivasi para pengguna, penggiat, pendidik, dan pengembang produk-produk berbasis Open Source. Berbeda dengan IOSA 2010 dan 2011 yang hanya memberikan penghargaan kepada institusi pemerintahan dan pendidikan menengah atas, IOSA 2012 ini juga memberikan penghargaan kepada mahasiswa, tokoh, komunitas, dan wartawan, sehingga ada tujuh jenis penghargaan.
Sementara itu, pemenang IOSA 2012 diantaranya adalah pemerintah pusat juara I diraih Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Juara II oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir, juara III Lembaga Ketahanan Nasional.
Tingkat pemerintah kota, juara I Pemerintah Kota Pekalongan Jawa Tengah, juara II Pemerintah Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan, dan juara III Pemerintah Kabupaten Batang Jawa Tengah.
Tahun ini Kemenag RI adalah tahun pertama mengikuti ajang penghargaan IOSA 2012, dan berhasil masuk Top Ten Finalis menyisihkan sebanyak 161 peserta dari seluruh Indonesia. “Keberhasilan ini merupakan awal kebangkitan dan tonggak sejarah baru bagi Kemenag untuk lebih fokus pada penggunaan open source ini,” ujar Kabid TIK Ahmad Gufron.
Dewan juri IOSA 2012 terdiri atas beberapa juri dari komunitas dan pemerintah yang telah dikenal masyarakat TIK dan Open Source Indonesia, di antaranya Dr. Onno W. Purbo, Prof. Kalamullah Ramli, Prof. I Wayan Simri Wicaksana, Rusmanto Maryanto, dan lain-lain.
Dalam ajang IOSA 2012 ini, Kemenag RI menggandeng Kanwil Kemenag Sumsel, karena Kanwil Kemenag Sumsel telah melaksanakan sosialisasi penggunaan open source untuk aplikasi Open Office sejak tahun 2011 yang lalu.(ts)
Menurut Menkominfo Tifatul Sembiring, IOSA 2012 dilaksanakan untuk meningkatkan pemanfaatan dan implementasi free and open source software (FOSS) di lingkungan pemerintahan dan lembaga pendidikan. “ Event ini diharapkan dapat mendorong peningkatan pemanfaatan open source software di lingkungan instansi pemerintah pusat dan daerah,” ujarnya.
Tifatul menilai, penggunaan peranti lunak dalam teknologi informasi dan komunikasi itu sangat besar biayanya, bisa sampai puluhan ribu dollar bahkan triliunan rupiah. Kalau kita bisa buat sendiri, itu akan sangat menghemat devisa negara. “Saya akui belanja modal kita masih di atas 90 persen dialokasikan pada produk-produk asing khususnya peranti lunak,” ujar Tifatul.
Tifatul menambahkan, IOSA ini adalah salah satu bentuk penghargaan pemerintah terhadap individu dan masyarakat Indonesia yang berhasil menciptakan peranti lunak untuk berbasis open source dan peranti lunak lokal.
“Ini juga solusi buat kita untuk mengurangi angka pembajakan dan penggunaan peranti lunak ilegal karena pemecahannya sekarang adalah kita beli dari dari asing atau kita ciptakan peranti lunak kreasi sendiri,” tutur Tifatul.
Kampanye penggunaan peranti lunak dari sumber terbuka yang bertajuk “Indonesia, Go Open Source” dimulai pada tahun 2004 setelah lahirnya Undang-Undang no 19 Tahun 2002 Tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual.
IOSA Awards yang diselenggarakan sejak 2010 ini bertujuan memberikan penghargaan dan memotivasi para pengguna, penggiat, pendidik, dan pengembang produk-produk berbasis Open Source. Berbeda dengan IOSA 2010 dan 2011 yang hanya memberikan penghargaan kepada institusi pemerintahan dan pendidikan menengah atas, IOSA 2012 ini juga memberikan penghargaan kepada mahasiswa, tokoh, komunitas, dan wartawan, sehingga ada tujuh jenis penghargaan.
Sementara itu, pemenang IOSA 2012 diantaranya adalah pemerintah pusat juara I diraih Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Juara II oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir, juara III Lembaga Ketahanan Nasional.
Tingkat pemerintah kota, juara I Pemerintah Kota Pekalongan Jawa Tengah, juara II Pemerintah Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan, dan juara III Pemerintah Kabupaten Batang Jawa Tengah.
Tahun ini Kemenag RI adalah tahun pertama mengikuti ajang penghargaan IOSA 2012, dan berhasil masuk Top Ten Finalis menyisihkan sebanyak 161 peserta dari seluruh Indonesia. “Keberhasilan ini merupakan awal kebangkitan dan tonggak sejarah baru bagi Kemenag untuk lebih fokus pada penggunaan open source ini,” ujar Kabid TIK Ahmad Gufron.
Dewan juri IOSA 2012 terdiri atas beberapa juri dari komunitas dan pemerintah yang telah dikenal masyarakat TIK dan Open Source Indonesia, di antaranya Dr. Onno W. Purbo, Prof. Kalamullah Ramli, Prof. I Wayan Simri Wicaksana, Rusmanto Maryanto, dan lain-lain.
Dalam ajang IOSA 2012 ini, Kemenag RI menggandeng Kanwil Kemenag Sumsel, karena Kanwil Kemenag Sumsel telah melaksanakan sosialisasi penggunaan open source untuk aplikasi Open Office sejak tahun 2011 yang lalu.(ts)
No comments:
Post a Comment