Pokok Bahasan Mata Kuliah Kapitaselekta Pembelajaran:
1. Problema Konseptual Teoretik Pendidikan Islam
2. Problema Pendidikan Islam dalam Dinamika Masyarakat
3. Model-Model Penelitian dan Pendidikan
4. Problema Manajemen dan Kelembagaan Pendidikan Islam
5. Pendidikan Islam sebagai Subsistem Pendidikan Nasional
Rangkuman:
Problema Konseptual Teoretik Pendidikan Islam
Dalam agama Islam terkandung suatu potensi yang mengacu kepada kedua fenomena perkembangan, yaitu:
1) Potensi psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi pribadi yang berkualitas baik dan menyandang derajat mulia melebihi makhluk-makhluk lainnya.
2) Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang alamiah maupun yang ijtimaiah, di mana Tuhan menjadi potensi sentral perkembangannya.
Pendidikan Agama Islam di negeri kita merupakan bagian dari pendidikan Islam. Tujuan utama dari pendidikan Islam adalah membina dan mendasari kehidupan anak-didik dengan nilai-nilai agama sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam. Sehingga mampu mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai pengetahuan agama.
Pendidikan yang dijadikan tumpuan harapan manusia harus mampu memproyeksikan keadaan masa depan ke dalam ketiga kategori, yaitu:
a. Masa depan sosio
b. Masa depan tekno
c. Masa depan bio
Ada tiga komponen dasar yang harus dibahas dalam teori pendidikan Islam yang pada gilirannya dapat dibuktikan validitasnya dalam operasionalisasi. Tiga komponen dasar itu adalah sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan Islam harus dirumuskan dan ditetapkan secara jelas dan sama bagi seluruh umat Islam sehingga bersifat universal.
2. Metode pendidikan Islam yang kita ciptakan harus berfungsi secara efektif dalam proses pencapaian tujuan pendidikan Islam.
3. Irama gerak yang harmonis antara metode dan tujuan pendidikan dalam proses akan mengalami vakum bila tanpa kehadiran nilai atau ide.
Dengan memperhatikan potensi psikologis dan pedagogis manusia anugerah Allah, model pendidikan Islam seharusnya berorientasi kepada pandangan falsafah sebagai berikut:
1. Filosofis: memandang manusia didik adalah hamba Tuhan yang diberi kemampuan fitriah, dinamis dan sosial-religius serta yang psiko-fisik. Cenderung kepada penyerahan diri secara total kepada Maha Penciptanya.
2. Etimologis: potensi berilmu pengetahuan yang berpijak pada iman dan berilmu pengetahuan untuk menegakkan iman yang bertauhid, yang basyariyah-dharuriyah, menjadi shibghah manusia muslim sejati berderajat mulia.
3. Pedagogis: manusia adalah makhluk belajar sejak dari ayunan sampai liang lahat yang proses perkembangannya didasari nilai-nilai Islami yang dialogis terhadap tuntutan Tuhan dan tuntutan perubahan sosial, lebih cenderung kepada pola hidup yang harmonis antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, serta kemampuan belajarnya disemangati oleh misi kekhalifahan di muka bumi.
Secara kurikuler model-model tersebut didesain menjadi:
1. Content: lebih difokuskan pada permasalahan sosiokultural masa kini untuk diproyeksikan ke masa depan, dengan kemampuan anak didik mengungkapkan tujuan dan nilai-nilainya yang inheren dengan tuntutan Tuhan.
2. Pendidik: bertanggung jawab terhadap penciptaan situasi komunitas yang dialogis independed dan terpercaya.
3. Anak didik: dalam proses belajar mengajar melakukan hubungan dialogis dengan yang lain (guru, teman-teman sebaya dan orang dewasa, serta alam sekitar).
Beberapa ahli perencanaan kependidikan masa depan telah mengidentifikasi krisis pendidikan yang bersumber dari krisis orientasi masyarakat masa kini, dapat pula dijadikan wawasan perubahan sistem pendidikan Islam, yang mencakup fenomena-fenomena antara lain sebagai berikut: (1) krisis nilai-nilai, (2) krisis konsep tentang kesepakatan arti hidup yang baik, (3) adanya kesenjangan kredibilitas, (4) beban institusi sekolah kita terlalu besar melebihi kemampuannya, (5) kurangnya sikap idealisme dan citra remaja kita tentang peranannya di masa depan bangsa, (6) kurang sensitif terhadap kelangsungan masa depan, (7) kurangnya relevansi program pendidikan di sekolah dengan kebutuhan pembangunan, (8) adanya tendensi dalam pemanfaatan secara naïf kekuatan teknologi canggih, (9) makin membesarnya kesenjangan di antara kaya dan miskin, (10) ledakan pertumbuhan penduduk, (11) makin bergesernya sikap manusia ke arah pragmatisme yang pada gilirannya membawa ke arah materialisme dan individualisme, (12) Makin menyusutnya jumlah ulama tradisional dan kualitasnya.
Problema Pendidikan Islam dalam Dinamika Masyarakat
Strategi pendidikan Islam dalam menghadapi tantangan modernisasi berkat kemajuan iptek itu mencakup ruang lingkup sebagai berikut:
1. Motivasi kreativitas anak didik ke arah pengembangan iptek itu sendiri, di mana nilai-nilai islami menjadi sumber acuannya.
2. Mendidik keterampilan memanfaatkan produk iptek bagi kesejahteraan hidup umat manusi pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.
3. Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran agama dan iptek, dan hubungan yang akrab dengan para ilmuwan yang memegang otoritas iptek dalam bidang masing-masing.
4. Menanamkan sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan menginterpretasikan ajaran agama dari sumber-sumbernya yang murni kontekstual dengan masa depan kehidupan manusia.
Metode yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas hidup umat Islam khususnya di Indonesia, adalah metode-metode yang digali dalam sumber-sumber pokok ajaran Islam sendiri, serta metode-metode yang tidak menghilangkan faktor keimanan dan nilai moralitas-islami. Metode tersebut seperti yang berdasarkan pendekatan ilmu dan teknologi yang dikenal dengan teknologi instruksional. Teknologi ini pada prinsipnya adalah menyederhanakan proses belajar mengajar sehingga efektif dan efisien, melalui berbagai media kependidikan seperti komputer, video comapact disk (VCD). Metode lain adalah serangkaian kegiatan pendidikan melalui pendekatan keterampilan proses.
Kemajuan iptek dalam bidang industrial dan mekanikal, memberikan dampak kehidupan yang menghilangkan nilai ekonomis tenaga manusia alam perusahaan-perusahaan raksasa, diganti dengan robot-robot yang lebih murah, sementara penghargaan terhadap nilai-nilai moral dan etik dalam pola komunikasi interpersonal selaku umat manusia yang senasib semakin digantikan dengan nilai industri-komersial yang materialistik dapat menguntungkan diri pribadinya. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi sosial, kepedulian moral dan sosial antara kepentingan kesejahteraan sikap mental dan sosial antara kepentingan kesejahteraan hidup pribadi dengan kesejahteraan sosialnya.
Akibatnya muncul berbagai ragam gejala demoralisasi, dekadensi, egoisme, dan individualisme serta apatisme dan sebagainya yang bersumber pada frustasi yang semakin membengkak juga stress-sosial (ketegangan batin masyarakat) semakin menumpuk dalam lapisan jiwa bawah sadar yang sewaktu-waktu dapat meletup dan meledak ke permukaan kehidupan masyarakat. Apalagi jika kekuatan atau daya pengendali mental-psikologis mereka tak dapat bekerja dengan baik dalam tiap kelompok masyarakat itu.
Model-Model Penelitian dalam Pendidikan
Kegiatan riset dalam pendidikan dapat dilakukan dalam berbagai macam bentuk:
1. Riset ditinjau dari segi tujuan pelaksanaannya
1) Penelitian Dasar, yaitu suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan untuk mengembangkan suatu bentuk ilmu pengetahuan teoritis
2) Penelitian Terapan, yaitu kegiatan penyelidikan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban-jawaban terhadap masalah-masalah yang perlu diterapkan dengan segera.
2. Riset ditinjau cara penganalisisan data-data yang diperoleh
a. Penelitian analitis, yaitu suatu kegiatan penyelidikan yang bertujuan untuk mencari hubungan-hubungan dalam suatu sistem deduktif.
b. Penelitian deskriptif, yaitu kegiatan untuk menunjukkan kenyataan-kenyataan atau kondisi-kondisi yang ada tanpa terpengaruh oleh anasir subjektif dari si penyelidik.
c. Penelitian eskperimental, yaitu untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat dari suatu variabel penelitian.
3. Riset ditinjau dari sudut sampai di manakah riset memenuhi baik internal maupun eksternal validity-nya
a. Penelitian Ex Post Facto, yaitu penelitian yang dipandang tidak memiliki external validity karena sampling yang diambil tidak menjamin berlakunya (sahnya) generalisasi (hukum-hukum umum) dari hasil penemuannya.
b. Investigasi, studi, survei, dan eksperimen, keempat bentuk riset ini mempunyai perbedaan baik internal maupun external validity.
4. Kemungkinan validitas internal merusak validitas eksternal.
Ada beberapa problema menyangkut kondisi dan kompensasi tugas mengajar guru:
a. Sedikitnya waktu untuk istirahat dan untuk persiapan pada waktu dinas di sekolah.
b. Ukuran kelas yang terlalu besar.
c. Kurangnya bantuan administratif.
d. Gaji yang kurang memadai.
e. Kurangnya bantuan kesejahteraan.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan usaha kepala sekolah yang mendorong daya cipta staf dinyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada dua faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Ketelitian tanggapan/persepsi kepala sekolah tentang nilai-nilai dan keterampilan stafnya.
b. Pengetahuan staf tentang prioritas perbaikan pengajaran di kelas sebagaimana yang ditetapkan oleh kepala sekolah harus benar-benar dimiliki.
Problema Manajemen dan Kelembagaan Pendidikan Islam
Perangkat input instrumental yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan menjadi sumber karawanan karena:
1) Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga profesional pendidikan.
2) Penyalahgunaan manajemen pendidikan.
3) Pendekatan metodologis guru masih terpaku kepada orientasi tradisionalistis.
4) Kurangnya rasa solidaritas antara guru agama dengan guru-guru bidang studi umum.
5) Kurangnya waktu persiapan guru mengajar.
6) Kurikulum yang terlalu overloaded.
7) Hubungan guru dengan murid hanya bersifat formal.
8) Petugas supervisi tak berfungsi sesuai harapan.
9) Problema kependidikan yang berkembang di lingkungan pendidikan.
10) Belum mantapnya landasan perundangan yang menjadi dasar berpijaknya pengelolaan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional.
11) Pemerataan memperoleh pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat masih perlu diintensifkan.
Bimbingan tidak hanya berfungsi sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar, tetapi merupakan proses pengiring yang berkaitan dengan seluruh proses pendidikan dan proses belajar mengajar. Adapun fungsi bimbingan yaitu:
a) Fungsi menyalurkan
b) Fungsi mengadaptasikan
c) Fungsi menyesuaikan
1. Problema Konseptual Teoretik Pendidikan Islam
2. Problema Pendidikan Islam dalam Dinamika Masyarakat
3. Model-Model Penelitian dan Pendidikan
4. Problema Manajemen dan Kelembagaan Pendidikan Islam
5. Pendidikan Islam sebagai Subsistem Pendidikan Nasional
Rangkuman:
Problema Konseptual Teoretik Pendidikan Islam
Dalam agama Islam terkandung suatu potensi yang mengacu kepada kedua fenomena perkembangan, yaitu:
1) Potensi psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi pribadi yang berkualitas baik dan menyandang derajat mulia melebihi makhluk-makhluk lainnya.
2) Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang alamiah maupun yang ijtimaiah, di mana Tuhan menjadi potensi sentral perkembangannya.
Pendidikan Agama Islam di negeri kita merupakan bagian dari pendidikan Islam. Tujuan utama dari pendidikan Islam adalah membina dan mendasari kehidupan anak-didik dengan nilai-nilai agama sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam. Sehingga mampu mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai pengetahuan agama.
Pendidikan yang dijadikan tumpuan harapan manusia harus mampu memproyeksikan keadaan masa depan ke dalam ketiga kategori, yaitu:
a. Masa depan sosio
b. Masa depan tekno
c. Masa depan bio
Ada tiga komponen dasar yang harus dibahas dalam teori pendidikan Islam yang pada gilirannya dapat dibuktikan validitasnya dalam operasionalisasi. Tiga komponen dasar itu adalah sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan Islam harus dirumuskan dan ditetapkan secara jelas dan sama bagi seluruh umat Islam sehingga bersifat universal.
2. Metode pendidikan Islam yang kita ciptakan harus berfungsi secara efektif dalam proses pencapaian tujuan pendidikan Islam.
3. Irama gerak yang harmonis antara metode dan tujuan pendidikan dalam proses akan mengalami vakum bila tanpa kehadiran nilai atau ide.
Dengan memperhatikan potensi psikologis dan pedagogis manusia anugerah Allah, model pendidikan Islam seharusnya berorientasi kepada pandangan falsafah sebagai berikut:
1. Filosofis: memandang manusia didik adalah hamba Tuhan yang diberi kemampuan fitriah, dinamis dan sosial-religius serta yang psiko-fisik. Cenderung kepada penyerahan diri secara total kepada Maha Penciptanya.
2. Etimologis: potensi berilmu pengetahuan yang berpijak pada iman dan berilmu pengetahuan untuk menegakkan iman yang bertauhid, yang basyariyah-dharuriyah, menjadi shibghah manusia muslim sejati berderajat mulia.
3. Pedagogis: manusia adalah makhluk belajar sejak dari ayunan sampai liang lahat yang proses perkembangannya didasari nilai-nilai Islami yang dialogis terhadap tuntutan Tuhan dan tuntutan perubahan sosial, lebih cenderung kepada pola hidup yang harmonis antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, serta kemampuan belajarnya disemangati oleh misi kekhalifahan di muka bumi.
Secara kurikuler model-model tersebut didesain menjadi:
1. Content: lebih difokuskan pada permasalahan sosiokultural masa kini untuk diproyeksikan ke masa depan, dengan kemampuan anak didik mengungkapkan tujuan dan nilai-nilainya yang inheren dengan tuntutan Tuhan.
2. Pendidik: bertanggung jawab terhadap penciptaan situasi komunitas yang dialogis independed dan terpercaya.
3. Anak didik: dalam proses belajar mengajar melakukan hubungan dialogis dengan yang lain (guru, teman-teman sebaya dan orang dewasa, serta alam sekitar).
Beberapa ahli perencanaan kependidikan masa depan telah mengidentifikasi krisis pendidikan yang bersumber dari krisis orientasi masyarakat masa kini, dapat pula dijadikan wawasan perubahan sistem pendidikan Islam, yang mencakup fenomena-fenomena antara lain sebagai berikut: (1) krisis nilai-nilai, (2) krisis konsep tentang kesepakatan arti hidup yang baik, (3) adanya kesenjangan kredibilitas, (4) beban institusi sekolah kita terlalu besar melebihi kemampuannya, (5) kurangnya sikap idealisme dan citra remaja kita tentang peranannya di masa depan bangsa, (6) kurang sensitif terhadap kelangsungan masa depan, (7) kurangnya relevansi program pendidikan di sekolah dengan kebutuhan pembangunan, (8) adanya tendensi dalam pemanfaatan secara naïf kekuatan teknologi canggih, (9) makin membesarnya kesenjangan di antara kaya dan miskin, (10) ledakan pertumbuhan penduduk, (11) makin bergesernya sikap manusia ke arah pragmatisme yang pada gilirannya membawa ke arah materialisme dan individualisme, (12) Makin menyusutnya jumlah ulama tradisional dan kualitasnya.
Problema Pendidikan Islam dalam Dinamika Masyarakat
Strategi pendidikan Islam dalam menghadapi tantangan modernisasi berkat kemajuan iptek itu mencakup ruang lingkup sebagai berikut:
1. Motivasi kreativitas anak didik ke arah pengembangan iptek itu sendiri, di mana nilai-nilai islami menjadi sumber acuannya.
2. Mendidik keterampilan memanfaatkan produk iptek bagi kesejahteraan hidup umat manusi pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.
3. Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran agama dan iptek, dan hubungan yang akrab dengan para ilmuwan yang memegang otoritas iptek dalam bidang masing-masing.
4. Menanamkan sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan menginterpretasikan ajaran agama dari sumber-sumbernya yang murni kontekstual dengan masa depan kehidupan manusia.
Metode yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas hidup umat Islam khususnya di Indonesia, adalah metode-metode yang digali dalam sumber-sumber pokok ajaran Islam sendiri, serta metode-metode yang tidak menghilangkan faktor keimanan dan nilai moralitas-islami. Metode tersebut seperti yang berdasarkan pendekatan ilmu dan teknologi yang dikenal dengan teknologi instruksional. Teknologi ini pada prinsipnya adalah menyederhanakan proses belajar mengajar sehingga efektif dan efisien, melalui berbagai media kependidikan seperti komputer, video comapact disk (VCD). Metode lain adalah serangkaian kegiatan pendidikan melalui pendekatan keterampilan proses.
Kemajuan iptek dalam bidang industrial dan mekanikal, memberikan dampak kehidupan yang menghilangkan nilai ekonomis tenaga manusia alam perusahaan-perusahaan raksasa, diganti dengan robot-robot yang lebih murah, sementara penghargaan terhadap nilai-nilai moral dan etik dalam pola komunikasi interpersonal selaku umat manusia yang senasib semakin digantikan dengan nilai industri-komersial yang materialistik dapat menguntungkan diri pribadinya. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi sosial, kepedulian moral dan sosial antara kepentingan kesejahteraan sikap mental dan sosial antara kepentingan kesejahteraan hidup pribadi dengan kesejahteraan sosialnya.
Akibatnya muncul berbagai ragam gejala demoralisasi, dekadensi, egoisme, dan individualisme serta apatisme dan sebagainya yang bersumber pada frustasi yang semakin membengkak juga stress-sosial (ketegangan batin masyarakat) semakin menumpuk dalam lapisan jiwa bawah sadar yang sewaktu-waktu dapat meletup dan meledak ke permukaan kehidupan masyarakat. Apalagi jika kekuatan atau daya pengendali mental-psikologis mereka tak dapat bekerja dengan baik dalam tiap kelompok masyarakat itu.
Model-Model Penelitian dalam Pendidikan
Kegiatan riset dalam pendidikan dapat dilakukan dalam berbagai macam bentuk:
1. Riset ditinjau dari segi tujuan pelaksanaannya
1) Penelitian Dasar, yaitu suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan untuk mengembangkan suatu bentuk ilmu pengetahuan teoritis
2) Penelitian Terapan, yaitu kegiatan penyelidikan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban-jawaban terhadap masalah-masalah yang perlu diterapkan dengan segera.
2. Riset ditinjau cara penganalisisan data-data yang diperoleh
a. Penelitian analitis, yaitu suatu kegiatan penyelidikan yang bertujuan untuk mencari hubungan-hubungan dalam suatu sistem deduktif.
b. Penelitian deskriptif, yaitu kegiatan untuk menunjukkan kenyataan-kenyataan atau kondisi-kondisi yang ada tanpa terpengaruh oleh anasir subjektif dari si penyelidik.
c. Penelitian eskperimental, yaitu untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat dari suatu variabel penelitian.
3. Riset ditinjau dari sudut sampai di manakah riset memenuhi baik internal maupun eksternal validity-nya
a. Penelitian Ex Post Facto, yaitu penelitian yang dipandang tidak memiliki external validity karena sampling yang diambil tidak menjamin berlakunya (sahnya) generalisasi (hukum-hukum umum) dari hasil penemuannya.
b. Investigasi, studi, survei, dan eksperimen, keempat bentuk riset ini mempunyai perbedaan baik internal maupun external validity.
4. Kemungkinan validitas internal merusak validitas eksternal.
Ada beberapa problema menyangkut kondisi dan kompensasi tugas mengajar guru:
a. Sedikitnya waktu untuk istirahat dan untuk persiapan pada waktu dinas di sekolah.
b. Ukuran kelas yang terlalu besar.
c. Kurangnya bantuan administratif.
d. Gaji yang kurang memadai.
e. Kurangnya bantuan kesejahteraan.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan usaha kepala sekolah yang mendorong daya cipta staf dinyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada dua faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Ketelitian tanggapan/persepsi kepala sekolah tentang nilai-nilai dan keterampilan stafnya.
b. Pengetahuan staf tentang prioritas perbaikan pengajaran di kelas sebagaimana yang ditetapkan oleh kepala sekolah harus benar-benar dimiliki.
Problema Manajemen dan Kelembagaan Pendidikan Islam
Perangkat input instrumental yang kurang sesuai dengan tujuan pendidikan menjadi sumber karawanan karena:
1) Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga profesional pendidikan.
2) Penyalahgunaan manajemen pendidikan.
3) Pendekatan metodologis guru masih terpaku kepada orientasi tradisionalistis.
4) Kurangnya rasa solidaritas antara guru agama dengan guru-guru bidang studi umum.
5) Kurangnya waktu persiapan guru mengajar.
6) Kurikulum yang terlalu overloaded.
7) Hubungan guru dengan murid hanya bersifat formal.
8) Petugas supervisi tak berfungsi sesuai harapan.
9) Problema kependidikan yang berkembang di lingkungan pendidikan.
10) Belum mantapnya landasan perundangan yang menjadi dasar berpijaknya pengelolaan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional.
11) Pemerataan memperoleh pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat masih perlu diintensifkan.
Bimbingan tidak hanya berfungsi sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar, tetapi merupakan proses pengiring yang berkaitan dengan seluruh proses pendidikan dan proses belajar mengajar. Adapun fungsi bimbingan yaitu:
a) Fungsi menyalurkan
b) Fungsi mengadaptasikan
c) Fungsi menyesuaikan
No comments:
Post a Comment