Dalam postingan kali ini saya akan mengulas tentang faktor yang mempengaruhi Guru dalam Meningkatkan Proses Belajar Mengajar Siswa. Langsung aja saya berikan :
a. Faktor latar belakang pendidikan guru
Faktor latar belakang pendidikan seorang guru dari guru lainnya terkadang tidak sama dengan pengalaman pendidikan yang pernah dimasuki, selama waktu tertentu. Perbedaan latar belakang pendidikan ini dilatar belakangi oleh jenis dan perjenjangan dalam pendidikan. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab VI, pasal 14, bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Konsultasi tersebut adalah bersifat umum. Dan memerlukan penjelasan untuk jenjang pendidikan yang berada di bawah wewenang Departemen Pendidikan dan Kabudayaan adalah mulai dari SD (Sekolah Dasar), SMTP, SMTA dan Perguruan Tinggi. Sedangkan jenjang pendidikan yang berada di bawah wewenang Departemen Agama adalah mulai dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Perguruan Tinggi Agama. Perbedaan latar belakang pendidikan akan mempengaruhi kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan interaksi belajar mengajar. Cara Alumnus FKIP atau Fakultas Tarbiyah telah memiliki sejumlah pengalaman teoritis di bidang
keguruan, sedangkan guru alumnus FISIP tidak menerima pengalaman dibidang keguruan. Dari dua orang sarjana segi Alumnus suatu Perguruan Tinggi yang berbeda ini saja sudah terlihat perbedaannya, apalagi bila dibandingkan antara guru alumnus SMTA dengan guru alumnus suatu perguruan tinggi. Sebaliknya, dua orang guru yang sama-sama alumnus FKIP atau Fakultas Tarbiyah dari suatu Perguruan tinggi, yang seorang alumnus FKIP atau Fakultas Tarbiyah jurusan Bahasa Inggris, sementara yang seorang juga alumnus FKIP atau Fakultas Tarbiyah, tetapi jurusan Matematika, jelas kedua orang guru ini memiliki pengalaman berbeda. Yang seorang tepat diberikan tugas mengajar bidang studi Matematika, dan yang seorang lagi tepat diberikan tugas mengajar bidang studi Bahasa Inggris. Bila profesi keguruan yang sesuai dengan disiplin keilmuan ini ditukarkan dengan yang bukan ahlinya, maka akan merugikan kegiatan pengajaran. Sebab mereka kurang mampu melaksanakan kegiatan interaksi belajar mengajar dengan baik. Jangankan untuk menguasai bahan pelajaran tersebut dengan baik. Jangankan untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada para siswa, mereka sendiri tidak menguasai bahan pelajaran tersebut dengan baik. Lebih-lebih lagi bidang studi Bahasa asing pada umumnya tidak semua guru dapat mengajarkannya dengan baik dan benar. Jangankan untuk seorang guru yang bukan bidangnya, untuk seorang guru yang sesuai dengan bidangnya pun belum tentu dapat mengajarkannya dengan baik dan benar bila pengalaman mengajar Bahasa Inggris belum pernah dirasakan selama jangka waktu tertentu. Hal ini berarti pengalaman mengajar Bahasa Inggris, bidang studi pada umumnya diperlukan oleh seorang guru yang ingin mengajar bidang studi Bahasa Inggris. Jadi pengalaman mengajar diperlukan guru dalam interaksi proses belajar mengajar.
b. Faktor pengalaman mengajar
Experience is the best teacher. Pengalaman adalah guru yang terbaik, pengalaman adalah guru yang tidak pernah marah, pengalaman adalah sesuatu yang mendukung kekuatan. Oleh karena itu, setiap orang selalu mencari dan memilikinya. Pengalaman mengajar bagi seorang guru merupakan sesuatu yang sangat berharga. Untuk itu guru sangat memerlukannya, sebab pengalaman mengajar tidak pernah ditemukan dan diterima selama duduk di bangku sekolah lembaga pendidikan formal. Pengalaman teoritis tidak selamanya menjamin mengajar. Mengajar bukan sebagai ilmu teknologi dan seni belaka, tetapi ia juga sebagai suatu keterampilan. Mengajar adalah seni yang hanya dirasakan oleh guru seabgai pribadi, yang tidak ada pelajaran-pelajarannya di sekolah. Mengajar sebagai suatu keterampilan merupakan aktualisasi dari ilmu pengetahuan teoritis ke dalam interaksi proses belajar mengajar. Keterampilan mengajar banyak macamnya, dan hal itu perlu dimiliki dan dikuasai guru agar dapat melaksanakan interaksi proses belajar mengajar secara efektif dan efesien. Agar pengetahuan mengenai Sembilan keterampilan mengajar lebih dikuasai, dapat dibaca kembali masalah “pengembagan keterampilan pribadi”. Ilmu pengetahuan teoritis yang dikuasai guru akan lebih baik bila dilengkapi dengan pengalaman mengajar. Perpaduan kedua pengalaman itu akan melahirkan figur guru yang profersional. Profil guru yang ideal adalah guru yang mengabdikan dirinya berdasarkan tuntutan hati nurani dan bekerjasama dengan anak didiknya dalam kebaikan. Guru yang baru pertama kali menerjunkan diri mengajar di depan kelas biasanya menonjolkan sikap yang agak kaku dan terkadang bingung untuk mengeluarkan kata-kata apa yang tepat untuk memulai pembicaraan. Keadaan seperti itu terkadang mendatangkan trauma dalam dirinya. Keringat keluar membasahi sekujur tubuh karena kurang terbiasa berhadapan dengan anak didik di depan kelas. Hal ini kurang menguntungkan, karena bisa jadi bahan yang telah dikuasai hilang dari ingatan. Akhirnya, sukar menguasai keadaan kelas. Guru yang megajar bidang studi Biologi, misalnya akan mengalami kesulitan mengelola kelas bila tidak ditopang dengan pengalaman berhadapan siswa / anak didik di depan kelas. Pemilihan dan penggunaan metode pun terkadang kurang tepat, yang disebabkan emosi yang belum stabil ketika sedang berhadapan dengan siswa yang mempunyai karakteristik berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Meski seorang guru berlatar belakang pendidikan ilmu keguruan jurusan Biologi dan dengan pengalaman mengajar yang cukup diandalkan, belum tentu dapat memberikan bahan pelajaran dengan baik bila bahan pelajaran tidak dikuasai dengan baik. Oleh karena itu, bahan pelajaran perlu dikuasai dan dipersiapkan guru dengan baik sebelum mengajar di depan kelas.
c. Faktor siswa
Dalam proses interaksi belajar mengajar adanya guru dengan siswa mutlak diperlukan karena dengan adanya keduanya itulah terjadinya hubungan dan proses belajar mengajar berlangsung. Maka pengaruh siswa ini terhadap usaha peningkatan proses belajar mengajar serta kehadiran dan keaktifan siswa belajar, baik ketika waktu lowong di sekolah maupun di rumah.
d. Faktor sarana dan prasarana
Untuk dapat meningkatkan proses belajar mengajar yang tinggi diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai dan menunjang bagi berlangsungnya proses belajar mengajar mulai dari yang murah dan mudah didapat sampai kepada media elektronika yang rumit dan mahal. Kelengkapan sarana akan membantu untuk meningkatkan proses belajar mengajar siswa serta kegairahan untuk terus menerus belajar dan belajar demi untuk mencapai cita-cita yang mereka inginkan. Oleh karena itu pengadaan sarana yang lengkap akan membantu siswa belajar rajin, sehingga ia menjadi suatu kebutuhan yang perlu diwujudkan, sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap akan membantu siswa dalam belajar. Sebab dengan adanya sarana dan prasarana yang lengkap akan sangat berguna terutama bagi guru dan siswa untuk meningkatkan prestasi belajar dan tujuan belajar.
e. Faktor lingkungan
Yang dimaksud dengan faktor lingkungan di sini adalah lingkungan keluarga dan sekolah, karena dalam kehidupan kedua aspek tersebut, yang walaupun tanggung jawab pendidikan juga melibatkan masyarakat. Lingkungan sekolah sangat besar pengaruhnya hak pengembagan anak didik dalam belajar, seperti hubungan siswa dengan gurunya, memberikan tidaknya tugas / pekerjaan rumah bagi siswa, berdisiplin guru dalam melaksanakan tugas, dll. Lingkungan keluarga pun juga tidak kalah pentingnya dalam membantu upaya guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar seperti memberikan dorongan / nasehat untuk belajar terganggu tidaknya siswa belajar di rumah.
Itulah informasi yang kampus-info berikan pada anda semua. Semoga artikel Faktor Yang Mempengaruhi Guru dalam Meningkatkan PBM Siswa bermanfaat bagi Anda.
a. Faktor latar belakang pendidikan guru
Faktor latar belakang pendidikan seorang guru dari guru lainnya terkadang tidak sama dengan pengalaman pendidikan yang pernah dimasuki, selama waktu tertentu. Perbedaan latar belakang pendidikan ini dilatar belakangi oleh jenis dan perjenjangan dalam pendidikan. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab VI, pasal 14, bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Konsultasi tersebut adalah bersifat umum. Dan memerlukan penjelasan untuk jenjang pendidikan yang berada di bawah wewenang Departemen Pendidikan dan Kabudayaan adalah mulai dari SD (Sekolah Dasar), SMTP, SMTA dan Perguruan Tinggi. Sedangkan jenjang pendidikan yang berada di bawah wewenang Departemen Agama adalah mulai dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Perguruan Tinggi Agama. Perbedaan latar belakang pendidikan akan mempengaruhi kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan interaksi belajar mengajar. Cara Alumnus FKIP atau Fakultas Tarbiyah telah memiliki sejumlah pengalaman teoritis di bidang
keguruan, sedangkan guru alumnus FISIP tidak menerima pengalaman dibidang keguruan. Dari dua orang sarjana segi Alumnus suatu Perguruan Tinggi yang berbeda ini saja sudah terlihat perbedaannya, apalagi bila dibandingkan antara guru alumnus SMTA dengan guru alumnus suatu perguruan tinggi. Sebaliknya, dua orang guru yang sama-sama alumnus FKIP atau Fakultas Tarbiyah dari suatu Perguruan tinggi, yang seorang alumnus FKIP atau Fakultas Tarbiyah jurusan Bahasa Inggris, sementara yang seorang juga alumnus FKIP atau Fakultas Tarbiyah, tetapi jurusan Matematika, jelas kedua orang guru ini memiliki pengalaman berbeda. Yang seorang tepat diberikan tugas mengajar bidang studi Matematika, dan yang seorang lagi tepat diberikan tugas mengajar bidang studi Bahasa Inggris. Bila profesi keguruan yang sesuai dengan disiplin keilmuan ini ditukarkan dengan yang bukan ahlinya, maka akan merugikan kegiatan pengajaran. Sebab mereka kurang mampu melaksanakan kegiatan interaksi belajar mengajar dengan baik. Jangankan untuk menguasai bahan pelajaran tersebut dengan baik. Jangankan untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada para siswa, mereka sendiri tidak menguasai bahan pelajaran tersebut dengan baik. Lebih-lebih lagi bidang studi Bahasa asing pada umumnya tidak semua guru dapat mengajarkannya dengan baik dan benar. Jangankan untuk seorang guru yang bukan bidangnya, untuk seorang guru yang sesuai dengan bidangnya pun belum tentu dapat mengajarkannya dengan baik dan benar bila pengalaman mengajar Bahasa Inggris belum pernah dirasakan selama jangka waktu tertentu. Hal ini berarti pengalaman mengajar Bahasa Inggris, bidang studi pada umumnya diperlukan oleh seorang guru yang ingin mengajar bidang studi Bahasa Inggris. Jadi pengalaman mengajar diperlukan guru dalam interaksi proses belajar mengajar.
b. Faktor pengalaman mengajar
Experience is the best teacher. Pengalaman adalah guru yang terbaik, pengalaman adalah guru yang tidak pernah marah, pengalaman adalah sesuatu yang mendukung kekuatan. Oleh karena itu, setiap orang selalu mencari dan memilikinya. Pengalaman mengajar bagi seorang guru merupakan sesuatu yang sangat berharga. Untuk itu guru sangat memerlukannya, sebab pengalaman mengajar tidak pernah ditemukan dan diterima selama duduk di bangku sekolah lembaga pendidikan formal. Pengalaman teoritis tidak selamanya menjamin mengajar. Mengajar bukan sebagai ilmu teknologi dan seni belaka, tetapi ia juga sebagai suatu keterampilan. Mengajar adalah seni yang hanya dirasakan oleh guru seabgai pribadi, yang tidak ada pelajaran-pelajarannya di sekolah. Mengajar sebagai suatu keterampilan merupakan aktualisasi dari ilmu pengetahuan teoritis ke dalam interaksi proses belajar mengajar. Keterampilan mengajar banyak macamnya, dan hal itu perlu dimiliki dan dikuasai guru agar dapat melaksanakan interaksi proses belajar mengajar secara efektif dan efesien. Agar pengetahuan mengenai Sembilan keterampilan mengajar lebih dikuasai, dapat dibaca kembali masalah “pengembagan keterampilan pribadi”. Ilmu pengetahuan teoritis yang dikuasai guru akan lebih baik bila dilengkapi dengan pengalaman mengajar. Perpaduan kedua pengalaman itu akan melahirkan figur guru yang profersional. Profil guru yang ideal adalah guru yang mengabdikan dirinya berdasarkan tuntutan hati nurani dan bekerjasama dengan anak didiknya dalam kebaikan. Guru yang baru pertama kali menerjunkan diri mengajar di depan kelas biasanya menonjolkan sikap yang agak kaku dan terkadang bingung untuk mengeluarkan kata-kata apa yang tepat untuk memulai pembicaraan. Keadaan seperti itu terkadang mendatangkan trauma dalam dirinya. Keringat keluar membasahi sekujur tubuh karena kurang terbiasa berhadapan dengan anak didik di depan kelas. Hal ini kurang menguntungkan, karena bisa jadi bahan yang telah dikuasai hilang dari ingatan. Akhirnya, sukar menguasai keadaan kelas. Guru yang megajar bidang studi Biologi, misalnya akan mengalami kesulitan mengelola kelas bila tidak ditopang dengan pengalaman berhadapan siswa / anak didik di depan kelas. Pemilihan dan penggunaan metode pun terkadang kurang tepat, yang disebabkan emosi yang belum stabil ketika sedang berhadapan dengan siswa yang mempunyai karakteristik berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Meski seorang guru berlatar belakang pendidikan ilmu keguruan jurusan Biologi dan dengan pengalaman mengajar yang cukup diandalkan, belum tentu dapat memberikan bahan pelajaran dengan baik bila bahan pelajaran tidak dikuasai dengan baik. Oleh karena itu, bahan pelajaran perlu dikuasai dan dipersiapkan guru dengan baik sebelum mengajar di depan kelas.
c. Faktor siswa
Dalam proses interaksi belajar mengajar adanya guru dengan siswa mutlak diperlukan karena dengan adanya keduanya itulah terjadinya hubungan dan proses belajar mengajar berlangsung. Maka pengaruh siswa ini terhadap usaha peningkatan proses belajar mengajar serta kehadiran dan keaktifan siswa belajar, baik ketika waktu lowong di sekolah maupun di rumah.
d. Faktor sarana dan prasarana
Untuk dapat meningkatkan proses belajar mengajar yang tinggi diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai dan menunjang bagi berlangsungnya proses belajar mengajar mulai dari yang murah dan mudah didapat sampai kepada media elektronika yang rumit dan mahal. Kelengkapan sarana akan membantu untuk meningkatkan proses belajar mengajar siswa serta kegairahan untuk terus menerus belajar dan belajar demi untuk mencapai cita-cita yang mereka inginkan. Oleh karena itu pengadaan sarana yang lengkap akan membantu siswa belajar rajin, sehingga ia menjadi suatu kebutuhan yang perlu diwujudkan, sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap akan membantu siswa dalam belajar. Sebab dengan adanya sarana dan prasarana yang lengkap akan sangat berguna terutama bagi guru dan siswa untuk meningkatkan prestasi belajar dan tujuan belajar.
e. Faktor lingkungan
Yang dimaksud dengan faktor lingkungan di sini adalah lingkungan keluarga dan sekolah, karena dalam kehidupan kedua aspek tersebut, yang walaupun tanggung jawab pendidikan juga melibatkan masyarakat. Lingkungan sekolah sangat besar pengaruhnya hak pengembagan anak didik dalam belajar, seperti hubungan siswa dengan gurunya, memberikan tidaknya tugas / pekerjaan rumah bagi siswa, berdisiplin guru dalam melaksanakan tugas, dll. Lingkungan keluarga pun juga tidak kalah pentingnya dalam membantu upaya guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar seperti memberikan dorongan / nasehat untuk belajar terganggu tidaknya siswa belajar di rumah.
Itulah informasi yang kampus-info berikan pada anda semua. Semoga artikel Faktor Yang Mempengaruhi Guru dalam Meningkatkan PBM Siswa bermanfaat bagi Anda.
No comments:
Post a Comment