1. Pengertian Metode Pembelajaran Inquiriy Training
Penyajian materi disampaikan dengan ceramah atau tertulis. Siswa dalam
suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok-kelompok. Masing-masing
kelompok dengan anggota 5-6
orang setiap kelompok diupayakan heterogen dari segi jenis kelamin dan
kemampuan akademiknya.
2. Tujuan Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Training
Menurut Suckman (2008:67) Tujuan penggunaan Metode pembelajaran
Inquiry Training dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa
dalam proses pemebelajaran menulis puisi, mampu menulis sebuah puisi
dengan baik dan benar serta menggunakan kaidah bahasa yang benar.
Metode pembelajaran adalah cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi
contoh dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu (Suparman, 1997:166). Guru harus memilih metode yang
sesuai untuk setiap kompetensi yang ingin dicapai, karena tidak setiap
metode pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam mencapai setiap
kompetensi atau tujuan pembelajaran tertentu. Lebih lanjut Suparman
(1997: 167-176) menjelaskan, ada beberapa metode yang biasa digunakan
guru dalam kegiatan pembelajaran. Berikut ini hanya akan diambil
beberapa metode yang dianggap cocok dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di SD. Namun demikian ada beberapa metode di bawah,seperti
deduktif atau ekspositori, Inquiry Training, dan induktif yangmenurut
Roy Killen seperti diuraikan sebelumnya merupakan strategi
pembelajaran.
Metode pembelajaran Inquiry Training merupakan salah satu Metode
pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya
memperlajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.
Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja
dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan
komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan
dengan membagi tugas antar kelompok selama kegiatan. Lingkungan
belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi
dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan
bagaimana mempelajarinya. Guru merupakan suatu struktur tingkat tinggi
dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namum
siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di
dalam kelompoknya. Jika pelajaran pembelajaran kooperatif ingin
menjadi sukses, materi pelajaran yang lengkap harus tersedia di
ruangan guru atau di perpustakaan atau dipusat media. Keberhasilan
juga menghendaki syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional, yaitu
secara ketat mengelola tingkah laku siswa dalam kerja kelompok.
3. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan menggunakan Metode
pembelajaran Inquiry Training
Secara prosedural, pembelajaran Inquiry Training dapat diuraikan
dalam beberapa tahap sebagai berikut:
Tahap I : Pendahuluan, menetapkan, dan mejelaskan tujuan pembelajaran.
a. Menjelaskan kepada siswa proses kooperatif yang akan digunakan,
tujuan pembelajaran, dan megkaitkannya dengan pengetahuan awal siswa.
b. Menetapkan tingkah laku dan interaksi siswa yang diharapkan.
Tahap II : Penyajian informasi (garis besar materi pelajaran)
a. Menyajikan informasi/konsep kunci secara verbal atau dalam bentuk
hand outatau menggunakan bentuk bahan ajar lainnya. Bisa digunakan
informasi yang banyak dari buku teks, selain itu bisa digunakan LKS
untuk membantu memilih dan mencatat informasi yang terdapat dalam buku
teks tersebut.
Tahap III : Mengatur siswa kedalam kelompok belajar
a. Mengatur kelompok-kelompok yang terdiri dari 5-6 orang siswa dan
menyeimbangkan perbedaan. Perbedaan antar siswa. Dalam hal ini, harus
disusun variasinya yang berkaitan dengan tingkat intelektualnya, jenis
kelamin dan etnis. Setiap kelompok terdiri atas siswa yang memiliki
inteletual tinggi, sedang, dan rendah.
b. Mengatur peran serta anggota kelompok dalam kelompoknya.
Tahap IV : Membantu siswa bekerja dan belajar dalam kelompok.
a. Mengamati peran dan partipasi masing-masing individu dalam kerja kelompok.
b. Membantu siswa yang mengalami kesulitan bekerja secara kelompok.
Tahap V : Memberikan tes/kuis tentang materi pelajaran.
a. Tes/kuis diberikan secara individu dan tidak diperkenankan untuk
saling bekerja sama. Penilaian dilakukan oleh fasilitator dan skor
peningkatan kelompok didasarkan atas skor individu.
Tahap VI : Memberikan penghargaan kepada kelompok.
a. Penghargaan untuk kelompok dapat berupa tanda mata, status
(misalnya: kelompok terbaik), sanjungan, dan sebagainya.
b. Keseluruhan proses pembelajaran dengan teknik Inquiry Training
terdiri atas 2 sampai 4 kali pertemuan.
Metode ini dikembangkan oleh Suckman, mengajarkan kepada siswa suatu
proses untuk mengkaji dan menjelaskan suatu fenomena yang tidak umum.
Dengan Metodenya, Suchkman mengajak siswa menjelajahi suatu versi mini
suatu prosedur yang (biasa) digunakan para ahli untuk
mengorganisasikan pengetahuan dan menggeneralisasi prinsip-prinsip.
Tujuan umum inquiry training ialah membantu siswa mengembangkan
disiplin dan menterampilkan intelektual yang diperlukan untuk dapat
mengajukan pertanyaan dan mencai jawabannya berdasarkan rasa ingin
tahunya. Suckman bermaksud membantu siswa melakukan inquiry secara
independen dengan cara disiplin. Diharapkan agar ssiwa bertanya
mengapa sesuatu terjadi, kemudian mencari atau mengumpulkan dan
memproses data secara logis, kemudian mengembangkan strategi
intelektual umum yang dapat digunakan untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan mengapa sesuatu itu terjadi.
Inquiry training dimulai dengan menyajikan peristiwa yang mengandung
teka-teki kepada siswa. Individu yang menghadapi situasi itu akan
termotivasi untuk memecahkan teka-teki itu. Kesempatan itu dapat
dipergunakan untuk mengajarkan prsedur pengkajian yang terdisiplin.
Menurut Brunner (2005:87), siswa akan bertambah sadar akan proses
inquiry-nya dan mereka akan dapat dijiwai prsedur ilmiah secara
langsung. Seringkali orang melakukan inquiry secara intutif, padahal
menurut Suckman kita tidak dapat menganalisis dan memperbaiki cara
berpikir kecuali bila kita menyadarinya.
Penekanan Metode ini terletak pada penenaman kesadaran akan proses
inquiry bukan akan isi situasi masalah tertentu.
Pada Metode inquiry terdapat lima fase. Pada fase pertama guru
menyajikan situasi bermasalah menerangkan prosedur inquiry kepada
siswa. Formulasi peristiwa memerlukan pemikiran terhadap tertentu,
tujuan utamanya ialah agar siswa mengalami penciptaan pengetahuan
baru. Inquiry awal dapat didasarkan pada gagasan-gagasan sederhana.
Fase kedua, verifikasi suatu proses pengumpulan infromasi mengenai
peristiwa yang diikat dan dialami. Fase ketiga, eksperimentasi, siswa
mengenakan elemen baru ke dalam situasi untuk mengetahui apakah suatu
peristiwa terjadi secara berbeda. Fase keempat, guru meminta siswa
untuk merumuskan suatu penjelasan. Beberapa siswa akan mengalami
kesulitan untuk menghubungkan informasi yang telah dikumpulkan dengan
penjelasan. Fase kelima, siswa diminta untuk menganalisis pola
pelaksanaan inquiry. Mereka dapat menentukan pola
pertanyaan-pertanyaan yang paling efektif,cara-cara bertanya yang
paling produktif dan yang tidak produktif, jenis informasi yang
diperlukan dan tidak diperlukan. Fase ini esensial untuk menjadikan
proses inquiry sebagai sesuatu yang didasari dan secara sistematis
dilakukan perbaikan.
Pengertian Metode Pembelajaran Inquiry Training adalah suatu
kerjasama antara guru dengan peserta didik (Suckman,2008:67).
Penyajian materi disampaikan dengan ceramah atau tertulis. Siswa dalam
suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok-kelompok. Masing-masing
kelompok dengan anggota 5-6
orang setiap kelompok diupayakan heterogen dari segi jenis kelamin dan
kemampuan akademiknya.
2. Tujuan Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Training
Menurut Suckman (2008:67) Tujuan penggunaan Metode pembelajaran
Inquiry Training dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa
dalam proses pemebelajaran menulis puisi, mampu menulis sebuah puisi
dengan baik dan benar serta menggunakan kaidah bahasa yang benar.
Metode pembelajaran adalah cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi
contoh dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu (Suparman, 1997:166). Guru harus memilih metode yang
sesuai untuk setiap kompetensi yang ingin dicapai, karena tidak setiap
metode pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam mencapai setiap
kompetensi atau tujuan pembelajaran tertentu. Lebih lanjut Suparman
(1997: 167-176) menjelaskan, ada beberapa metode yang biasa digunakan
guru dalam kegiatan pembelajaran. Berikut ini hanya akan diambil
beberapa metode yang dianggap cocok dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di SD. Namun demikian ada beberapa metode di bawah,seperti
deduktif atau ekspositori, Inquiry Training, dan induktif yangmenurut
Roy Killen seperti diuraikan sebelumnya merupakan strategi
pembelajaran.
Metode pembelajaran Inquiry Training merupakan salah satu Metode
pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya
memperlajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.
Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja
dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan
komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan
dengan membagi tugas antar kelompok selama kegiatan. Lingkungan
belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi
dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan
bagaimana mempelajarinya. Guru merupakan suatu struktur tingkat tinggi
dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namum
siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di
dalam kelompoknya. Jika pelajaran pembelajaran kooperatif ingin
menjadi sukses, materi pelajaran yang lengkap harus tersedia di
ruangan guru atau di perpustakaan atau dipusat media. Keberhasilan
juga menghendaki syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional, yaitu
secara ketat mengelola tingkah laku siswa dalam kerja kelompok.
3. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan menggunakan Metode
pembelajaran Inquiry Training
Secara prosedural, pembelajaran Inquiry Training dapat diuraikan
dalam beberapa tahap sebagai berikut:
Tahap I : Pendahuluan, menetapkan, dan mejelaskan tujuan pembelajaran.
a. Menjelaskan kepada siswa proses kooperatif yang akan digunakan,
tujuan pembelajaran, dan megkaitkannya dengan pengetahuan awal siswa.
b. Menetapkan tingkah laku dan interaksi siswa yang diharapkan.
Tahap II : Penyajian informasi (garis besar materi pelajaran)
a. Menyajikan informasi/konsep kunci secara verbal atau dalam bentuk
hand outatau menggunakan bentuk bahan ajar lainnya. Bisa digunakan
informasi yang banyak dari buku teks, selain itu bisa digunakan LKS
untuk membantu memilih dan mencatat informasi yang terdapat dalam buku
teks tersebut.
Tahap III : Mengatur siswa kedalam kelompok belajar
a. Mengatur kelompok-kelompok yang terdiri dari 5-6 orang siswa dan
menyeimbangkan perbedaan. Perbedaan antar siswa. Dalam hal ini, harus
disusun variasinya yang berkaitan dengan tingkat intelektualnya, jenis
kelamin dan etnis. Setiap kelompok terdiri atas siswa yang memiliki
inteletual tinggi, sedang, dan rendah.
b. Mengatur peran serta anggota kelompok dalam kelompoknya.
Tahap IV : Membantu siswa bekerja dan belajar dalam kelompok.
a. Mengamati peran dan partipasi masing-masing individu dalam kerja kelompok.
b. Membantu siswa yang mengalami kesulitan bekerja secara kelompok.
Tahap V : Memberikan tes/kuis tentang materi pelajaran.
a. Tes/kuis diberikan secara individu dan tidak diperkenankan untuk
saling bekerja sama. Penilaian dilakukan oleh fasilitator dan skor
peningkatan kelompok didasarkan atas skor individu.
Tahap VI : Memberikan penghargaan kepada kelompok.
a. Penghargaan untuk kelompok dapat berupa tanda mata, status
(misalnya: kelompok terbaik), sanjungan, dan sebagainya.
b. Keseluruhan proses pembelajaran dengan teknik Inquiry Training
terdiri atas 2 sampai 4 kali pertemuan.
Metode ini dikembangkan oleh Suckman, mengajarkan kepada siswa suatu
proses untuk mengkaji dan menjelaskan suatu fenomena yang tidak umum.
Dengan Metodenya, Suchkman mengajak siswa menjelajahi suatu versi mini
suatu prosedur yang (biasa) digunakan para ahli untuk
mengorganisasikan pengetahuan dan menggeneralisasi prinsip-prinsip.
Tujuan umum inquiry training ialah membantu siswa mengembangkan
disiplin dan menterampilkan intelektual yang diperlukan untuk dapat
mengajukan pertanyaan dan mencai jawabannya berdasarkan rasa ingin
tahunya. Suckman bermaksud membantu siswa melakukan inquiry secara
independen dengan cara disiplin. Diharapkan agar ssiwa bertanya
mengapa sesuatu terjadi, kemudian mencari atau mengumpulkan dan
memproses data secara logis, kemudian mengembangkan strategi
intelektual umum yang dapat digunakan untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan mengapa sesuatu itu terjadi.
Inquiry training dimulai dengan menyajikan peristiwa yang mengandung
teka-teki kepada siswa. Individu yang menghadapi situasi itu akan
termotivasi untuk memecahkan teka-teki itu. Kesempatan itu dapat
dipergunakan untuk mengajarkan prsedur pengkajian yang terdisiplin.
Menurut Brunner (2005:87), siswa akan bertambah sadar akan proses
inquiry-nya dan mereka akan dapat dijiwai prsedur ilmiah secara
langsung. Seringkali orang melakukan inquiry secara intutif, padahal
menurut Suckman kita tidak dapat menganalisis dan memperbaiki cara
berpikir kecuali bila kita menyadarinya.
Penekanan Metode ini terletak pada penenaman kesadaran akan proses
inquiry bukan akan isi situasi masalah tertentu.
Pada Metode inquiry terdapat lima fase. Pada fase pertama guru
menyajikan situasi bermasalah menerangkan prosedur inquiry kepada
siswa. Formulasi peristiwa memerlukan pemikiran terhadap tertentu,
tujuan utamanya ialah agar siswa mengalami penciptaan pengetahuan
baru. Inquiry awal dapat didasarkan pada gagasan-gagasan sederhana.
Fase kedua, verifikasi suatu proses pengumpulan infromasi mengenai
peristiwa yang diikat dan dialami. Fase ketiga, eksperimentasi, siswa
mengenakan elemen baru ke dalam situasi untuk mengetahui apakah suatu
peristiwa terjadi secara berbeda. Fase keempat, guru meminta siswa
untuk merumuskan suatu penjelasan. Beberapa siswa akan mengalami
kesulitan untuk menghubungkan informasi yang telah dikumpulkan dengan
penjelasan. Fase kelima, siswa diminta untuk menganalisis pola
pelaksanaan inquiry. Mereka dapat menentukan pola
pertanyaan-pertanyaan yang paling efektif,cara-cara bertanya yang
paling produktif dan yang tidak produktif, jenis informasi yang
diperlukan dan tidak diperlukan. Fase ini esensial untuk menjadikan
proses inquiry sebagai sesuatu yang didasari dan secara sistematis
dilakukan perbaikan.